Hadapi Krisis Air, Kementan Luncurkan Program Pompanisasi di Sektor Pertanian

PENAJAM, Lintasbanua.com – Krisis air yang kian parah akibat perubahan iklim ekstrem telah mengancam ketersediaan air bagi sektor pertanian.

Merespons tantangan ini, Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan program pompanisasi sebagai solusi utama untuk mengatasi kekeringan dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di wilayah rawan kekeringan.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa program pompanisasi merupakan langkah konkret dalam menjamin kelangsungan produksi pangan nasional.

“Dengan pompanisasi, lahan-lahan yang sebelumnya sulit mendapatkan akses air kini dapat dioptimalkan. Ini adalah solusi nyata menghadapi krisis iklim yang berdampak pada sektor pertanian,” ungkap Mentan Amran.

Sejalan dengan itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menekankan pentingnya manajemen air yang efektif dalam menjaga produktivitas.

“Tanpa manajemen air yang tepat, target produksi pertanian nasional dapat terancam. Melalui pelatihan ini, kami membantu petani memanfaatkan teknologi pompa air dengan maksimal,” ujar Santi.

Provinsi Kalimantan Timur, termasuk Kabupaten Penajam Paser Utara, merupakan salah satu wilayah yang terdampak serius oleh krisis air. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah daerah bersama Kementan menyelenggarakan Pelatihan Tematik Pompanisasi bagi petani setempat.

Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas petani dalam mengelola sumber daya air, sehingga produksi pertanian dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Pelatihan Tematik Angkatan IV ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, pada 17-19 Oktober 2024, dengan 30 peserta dari kecamatan penerima bantuan pompanisasi, yaitu Kecamatan Babulu, Waru, dan Penajam.

Kepala Dinas Pertanian Penajam Paser Utara, Andi Trasodiharto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa banyak lahan pertanian di wilayah tersebut masih bergantung pada irigasi tadah hujan, sehingga teknologi pompa air sangat dibutuhkan.

“Program pompanisasi ini akan membantu mempercepat peningkatan produksi di lahan tadah hujan,” ujar Andi.

Kepala BBPP Binuang, Wahida Annisa Yusuf, yang turut hadir dalam acara tersebut, menegaskan bahwa pelatihan ini penting untuk membantu petani menghadapi tantangan perubahan iklim yang berdampak pada distribusi air.

“Krisis air adalah isu global yang kita rasakan di daerah-daerah. Melalui teknologi pompanisasi, kami berharap para petani mampu menghadapi tantangan ini dan meningkatkan produksi,” jelas Wahida.

Melalui program dan pelatihan ini, para petani diharapkan dapat memanfaatkan teknologi pompa air untuk menghadapi krisis air, meningkatkan produktivitas lahan, dan menjaga keberlanjutan sektor pertanian di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *