BINUANG, lintasbanua.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menargetkan Provinsi Kalimantan Selatan menjadi salah satu daerah percontohan pertanian modern yang mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan indeks kesejahteraan petani.
Bahkan pihak kementan saat ini mengupayakan adanya percepatan listrik masuk ke area persawahan demi memasok energi untuk mengoptimalkan pompanisasi dalam pengairan pertanian secara modernisasi dan mekanisasi di Kalimantan Selatan.
“Mimpi kami ke depan adalah mentransformasi pertanian tradisional menuju modern dengan tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan petani karena kita bisa menekan biaya produksi hingga 60 persen,” ujar Mentan, Rabu, 17 April 2024.
Untuk mencapai hal tersebut diperlukan energi yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, sudah saatnya listrik masuk sawah. Kami mendorong percepatan listrik masuk persawahan. berdasarkan berbagai pengalaman praktek lapangan dalam menggunakan energi untuk proses budidaya di sawah, petani merasakan lebih hemat menggunakan energi listrik, dibandingkan bahan bakar minyak, dan gas.
”Untuk mekanisasi ini diperlukan tenaga dan sumber energi yang lebih murah dan mudah didapat dari tenaga listrik, maka dikembangkan Listrik Masuk Sawah atau LMS dan beberapa daerah menyebut Program Gerakkan listrik Masuk Sawah (Gelisah),” ujarnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi pada saat melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), Rabu (06/03) mengatakan, harga pangan saat ini melejit, persediaan beras berkurang dan negara eksportir menahan produksi berasnya.
“Kita harus segera bangun kesiapan ketahanan pangan Indonesia di Kalimantan Selatan, karena Kalsel memiliki potensi diantaranya memilik 291 ribu hektar,” ucapnya.
Dedi menambahkan, saat ini ada 40 ribu hektar lahan yang masih dibiarkan, hal ini berpotensi untuk meningkatkan Luas Tambah Tanam (LTT). Selain itu, sungai-sungan di Kalsel ini sangat luar biasa. Air sungai adalah air permukaan yang semestinya bisa masuk dijadikan pengairan lahan pertanian.
Sedangkan lahan yang tidak bisa ditanam dapat menjadi bisa dengan menggunakan pompanisasi, optimasi lahan rawa dan ekstesifikasi cetak lahan baru serta intensifikasi melalui optimalisasi peningkatan perbaikan sarana prasarana.
“Selain itu sinar matahari berlimpah kita bisa berproduksi dengan integrasi perkebunan dengan tanaman pangan,” jelasnya kembali.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang Wahida Annisa Yusuf memastikan kembali agar lahan sawah dapat diairi dengan melakukan pompanisasi, optimalisasi lahan dan memanfaatkan lahan melalui tumpang sari di lahan perkebunan.
” Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan pangan Provinsi Kalsel untuk segera menyiapkan CPCL untuk melaksanakan gerakan solusi cepat dalam beberapa bulan kedepan,” tegasnya.
AG/ABS/IRF